Budaya perbudakan di Amerika Serikat terbentuk sejak dibawa oleh penjajah dari Eropa. Pembahasan mengenai perbudakan telah saya paparkan sedikit di tulisan saya yang sebelumnya sekaligus meringkas pengalaman dan pendapat saya ketika selesai menonton film 12 Years a Slave besutan Steve McQueen yang dirilis pada November 2013. Kali ini saya akan membahas mengenai seorang budak Insureksionis yang juga sempat saya bahas di tulisan sebelumnya, yaitu Nat Turner.

Nat Turner lahir di perkebunan Benjamin Turner di Southampton County, Virginia, Amerika Serikat, pada tahun 1800. Turner asalah seorang budak keturunan Afrika-Amerika yang orangtuanya dipekerjakan di perkebunan Turner, di Virginia. Ia diajarkan untuk membaca, menulis, dan beragama di perkebunan Turner. Menurut History.com, ia pernah dijual tiga kali pada waktu ia kecil dan disewa untuk John Travis pada 1820-an. Pengetahuan agama dan kebenciannya terhadap perbudakan diajarkan oleh ibunya ketika ia kecil. Setelah dijual kepada perkebunan lain, ilmu agamanya cenderung mengarah ke fanatisme dan ia mengaku mendapat pesan dari tuhan untuk menolong sesamanya keluar dari sistem perbudakan (Red: Memberontak). Bahkan hingga ia dianggap sebagai seorang nabi oleh pengikutnya.

Pada tahun 1831, setelah ia dijual kembali kepada seorang perajin bernama Joseph Travis, ia melihat gerhana dan merasa bahwa sudah waktunya ia melancarkan pemberontakannya. Pada saat itu, rencananya adalah merebut persenjataan di pusat pemerintahan di Jerusalem, Virginia, dan mengumpulkan orang-orang lain yang akan ia ajak untuk memberontak lalu bersembunyi di rawa-rawa sembelum melancarkan aksinya. Malam, 21 Agustus, bersama dengan pengikutnya yang telah ia percayai akan melancarkan dan mengkampanyekan pemusnahan total, membunuh Keluarga Travis pada saat mereka tidur dan melakukan pawai berdarah menuju Jerusalem, Virginia. Dilansir dari Britannica, Hanya dalam dua hari dan dua malam, mereka berhasil membunuh sehitar 60 orang kulit putih (Versi History.com 55 orang).

Kekurangan dari pemberontakan Turner hanyalah masalah disiplin mereka, dan hanya sekitar memiliki 75 orang budak yang mendukung pemberontakan mereka. Hal mengerikan terjadi pula kepada mereka ketika milisi lokal dan milisi kulit putih yang berjumlah sekitar 3.000 orang mendatangi mereka dan menghabisi mereka. Ada yang ditangkap dan dibunuh, dan sayangnya kejadian tersebut mengorbankan orang-orang kulit hitam tidak bersalah terbantai dalam kejadian tersebut dan kejadian menyusul. Turner berhasil melarikan diri selama enam bulan walau akhirnya ia tertangkap, dan digantung di Jerusalem, Virginia.

Pemberontakan ini menghapuskan stigma bahwa orang kulit hitam terlalu lemah dan puas dengan nasib mereka yang diperbudak, namun menumbuhkan stigma yang terlah ada pula bahwa orang-orang kulit hitam adalah sekumpulan orang barbarian yang tak beradab.